5 Solusi Menghadapi Social Loafing, Saat Anggota Malas Berkontribusi
Saat kerja tim, pernahkah Anda bertemu rekan yang enggan mengeluarkan usaha yang sama dan cenderung tak berbuat apa-apa? Sebagian penuh semangat, sebagian lagi hanya setengah hati.
Bahkan, tak sedikit dari mereka yang sekadar ‘numpang nama’ dari anggota lainnya dan tidak berkontribusi sedikit pun.
Nah, mereka yang enggan berkontribusi dalam kelompok inilah yang disebut social loafing atau kemalasan sosial.
Social loafing atau kemalasan sosial, seperti dikutip dari buku “Organizational Behavior” Edisi ke-12 (2008) karya Stephen P Robbins dan Timothy A. Judge, adalah kecenderungan individu untuk mengeluarkan usaha yang lebih sedikit ketika bekerja secara kolektif daripada bekerja secara individual.
Seorang yang memilih ‘menarik diri’ dari anggota tersebut beranggapan bahwa pekerjaan atau tugas akan tuntas ditangani oleh rekan lain dalam kelompok.
Kita yang maunya semua anggota melakukan usaha yang sama, tentu sulit menerima jika ada teman yang seperti ini bukan?
Jangan kesal jika ada anggota tim yang malas berkontribusi. Berikut ini solusinya.
1. Tetapkan aturan dan komitmen dalam kelompok
Agar meminimalisir social loafing, Anda pertama-tama harus menetapkan komitmen dalam kelompok. Buat aturan bersama anggota mengenai standar, aturan, hingga tanggung jawab anggota.
Pastikan seluruh anggota berkontribusi memberikan masukan dalam menerapkan standar ini.
Perlu diketahui, komitmen yang kuat bisa membuat anggota kelompok menjadi lebih disiplin serta menghapus pemikiran untuk mengandalkan orang lain. Mereka juga akan tahu bahwa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas adalah hal yang utama.
2. Pembagian tugas dengan jelas
Seseorang tak mau menonjol saat mengerjakan tugas secara kelompok biasanya saling mengandalkan anggota lainnya. Mereka merasa tak perlu ikut berkontribusi karena nantinya akan ada orang lain yang akan mengerjakannya.
Untuk menghindari kecenderungan ini, Anda bisa membuat pembagian tugas yang jelas dan sesuai dengan kemampuan individu. Dengan pembagian tugas yang jelas maka akan menciptakan perasaan bahwa hasil kerja mereka dihargai dan dianggap dalam kelompok tersebut.
Selain itu, pembagian tugas yang jelas juga akan memudahkan dalam melakukan kontrol dan pengawasan kinerja dalam kelompok.
3. Bentuk kelompok sesuai kebutuhan tugas
Biasanya, kecenderungan untuk tidak berkontribusi akan semakin besar saat anggota kelompok terdiri dari banyak orang. Ini terjadi karena mereka merasa ‘bisa bersembunyi’ dari besarnya tim ini.
Apalagi, jika social loafing ini dilakukan oleh lebih dari satu anggota. Untuk itu, agar social loafing tak terjadi dalam kelompok Anda, maka bentuklah kelompok sesuai dengan kebutuhan tugas yang harus diselesaikan.
4. Ciptakan rasa nyaman dalam kelompok
Rasa nyaman penting diciptakan dalam sebuah tim. Saat sesama anggota kelompok merasa nyaman satu sama lain, maka kemungkinan mereka berkontribusi akan lebih besar. Mereka ingin menghasilkan kinerja kelompok yang maksimal.
Saat mereka merasa nyaman, maka akan terbentuk rasa memiliki. Hal ini akan memotivasi setiap anggota untuk tidak mengulur-ulur waktu pengerjaan tugas.
5. Evaluasi dan apresiasi
Memberikan apresiasi dan penghargaan menjadi stimulus yang paling memotivasi untuk meminimalisir social loafing. Bentuk apresiasi bisa berupa pujian, ucapan terima kasih, dan penghargaan atas pencapaian kinerja yang baik.
Jika anggota tim tersebut masih terlihat enggan berkontribusi, Anda bisa melakukan evaluasi. Ajak bicara rekan yang enggan kerja sama dan tanyakan mengenai kesulitan mereka.
Anda juga bisa menawarkan bantuan kepadanya. Bisa jadi, ia menginginkan tugas tertentu yang lebih ia kuasai.
Perlu diingat, social loafing bukanlah tindakan yang dibenarkan. Lebih baik berkontribusi dalam kelompok, sekecil apapun tentu akan berdampak baik hasilnya.